Oleh : St. Henry Irawan Sianturi
Dari berbagai sumber; buku-buku yang pernah terbit dan dituliskan oleh narasumber yang layak dipercaya, cerita-cerita, surat-surat maupun literature lain yang ada selama ini, banyak terjadi kesimpang siuran mengenai “kapan berdiri-nya Gereja HKBP Sipirok. Dalam Almanak HKBP di bagian “Angka Taon Siingoton” disebutkan bahwa pada Bulan Mei Tahun 1864, berdiri Gereja di Sipirok (jongjong Gareja di Sipirok).
Sebenarnya, apakah Gereja di Sipirok berdiri pada tahun 1864 ataukah pada tahun 1861 ?
Untuk itu saya mencoba untuk “mendalami-nya” walau dengan sumber maupun literature yang terbatas yang saya miliki, dikarenakan ada beberapa bagian di Gedung Gereja HKBP Sipirok dan sekitarnya yang senantiasa membuat saya tertantang untuk menelusuri-nya, dan juga akibat kesimpang-siuran yang terjadi selama ini, antara lain :
- Tulisan model Corsiva dalam Bahasa batak di ambang pintu unit utama bangunan (yang berbentuk melengkung) :
ALE JAHUWA
HUHAHOLONGIDO HAJONJONGONNI BAGASMU Ps.26.8
GAREDJA JUBILEUM HKBP SIPIROK
100 TAON. 7 OKT, 1861-1961
- Tulisan pada lempengan marmer di bagian dasar sisi depan Tugu yang berdiri pada bagian timur gereja (di halaman gereja) :
7 Oct 1861/1936
GODANG DO NA BINAEN
NI JAHOWA TOE HITA
ASA DJOP MA ROHANTA
PSALM 126.3
Dari kedua-nya seolah-olah bahwa Gedung Gereja HKBP Sipirok, memang didirikan pada tahun 1861, dikarenakan ada semacam peringatan 100 tahun (jubileum=ulang tahun, biasanya kelipatan 50) pada ambang pintu masuk dan tugu peringatan 75 tahun pada tahun 1936.
HASIL PENDALAMAN
Dari Buku Sejarah HKBP yang pernah terbit pada tahun 1961, salah satu penulis di dalamnya adalah Sutan Kali Bonar B.A : Permulaan dan Perkembangan HKBP, disusun dari Buku Ephorus Dr. J. Sihombing : “Sedjarah ni HKBP”, dituliskan di hal. 49 : “Pada Bulan Mei 1864 berdirilah geredja di Sipirok jang merupakan geredja pertama diseluruh Tanah Batak. Pada hari Pesta hari lahir Tuhan Jesus pada tahun itu dibaptiskanlah tiga orang Kristen jang pertama di Sipirok, jakni Thomas, Pilippus dan Johannes, masing-masing berumur 17, 15 dan 12 tahun.”
Dari Buku Barita Ni D. Theol L. Nommensen : Parsorion dohot na niula na, terbitan Penerbit Prima Anugerah Medan, (tidak disebutkan siapa penulisnya) dituliskan di hal. 55 : Ianggo di Sipirok dipauli Tuan Klammer do tongon di tingki i gareja na marpalaspalas jala suman-suman ni jambe di punsuna mardongan silang di atas ni gareja i. Tung longang do roha ni halak Angkola mamereng i, jadi jotjot dipabotohon Tuan Klammer atusan ni palaspalas, jambe dohot silang i tu halak angka na ro manungkun lapatan ni i. “Doshon tudutudu do palaspalas i, paboa di ginjang do sambulonta, disi paradiananta, anggo di tano on di parungkilon dope hita; jala sunggulon ni sumansuman ni jambe i do hita asa dungo hita, songon jambe na mandungoi jolma manogotna i, unang tasoadahon Tuhan hinaporseaanta i di ulaonta, hatanta manang di parangenta. Ia silang i, i do patandahon haporusanta jala haluaonta sian dosa dohot nasa na manggaori hita, ala marhite-hite Jesus na tarsilang i do dapot dalan haluaon hasintongan dohot hangoluan.”
Di tingki i pe tardidi 3 halak parjolo, patumonaan ni ulaon Mission di Sipirok, i ma si Tomas dohot si Pilipus, duansa marumur 17 taon dohot si Johannes na marumur 12 taon.
Kemudian timbul pertanyaan di dalam benak saya, apakah gereja yang dimaksud adalah yang terletak di Sipirok (
Tapi dari tulisan kedua-nya jelas menyebutkan bahwa pada tahun 1864 –lah berdiri gereja di Sipirok, bukan pada tahun 1861, seperti yang dituliskan oleh Balai Arkeologi Medan-Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2004 dalam “Berita Penelitian Arkeologi” mereka dengan Judul : Arkeologi Perbukitan di Bagian BaratLaut dan Selatan Padanglawas, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Disitu dituliskan bahwa gedung gereja itu didirikan pada tahun 1858 dan diresmikan pada tahun 1861 (tidak ada literature disitu yang menyebutkan dasar mereka menyatakan demikian).
Tapi yang menguatkan pikiran saya adalah bahwa Gedung Gereja yang dimaksud (yang didirikan pada tahun 1864) adalah yang terletak di Sipirok yaitu di Jl. Rumah Sakit – Desa Banjartoba, Kec. Sipirok, diatas bidang lahan seluas sekitar 7000 m².
Mengapa saya katakan demikian ?
Masih pada hal. 49 tulisan Sutan Kali Bonar B.A, selanjutnya dituliskan : “Kemudian Pendeta Klammer diganti oleh Pendeta Staudie dari Pangaloan. Tetapi Pendeta Staudie kena penjakit disentri jang membawa dia pada kematian. dan dikebumikan di Sipirok. Datanglah Pendeta Heienbrock jang mengadjar pemuda-pemuda membunjikan trompet dan musik tiup lainnja. Tetapi karena diserang penjakit, Pendeta Heienbrock kembali ke Eropah. Pendeta Hansteinlah dari Sipahutar menggantikannja di Sipirok. Tuhan memberkati pekerjaan Pendeta Hanstein dan bertambah banjaklah orang-orang parbegu jang masuk dalam Agama Kristen.”
Kemudian, apa hubungan-nya dengan Gereja HKBP Sipirok ?
Pada bagian tenggara bangunan Gereja terdapat beberapa makam yang cukup tua. Makam-makanm tersebut berbentuk persegi panjang berbahan batu/bata dan semen. Sebagian masih memiliki tanda berbentuk Salib besi yang ditempatkan pada bagian kepala, ada juga yang memiliki cungkup. Pada nisan makam-makam tersebut terdapat tulisan berhuruf latin dalam Bahasa Belanda dan Aksara Batak yang menyebutkan nama orang (tokoh) yang dikuburkan, usia pada saat meninggal, serta ayat-ayat Alkitab. Nah…yang menghubungkan pernyataan saya diatas bahwa memang yang dimaksud dengan Tahun 1864 berdiri Gereja di Sipirok, adalah Gedung Gereja yang terletak di Jl. Rumah sakit-Desa Banjartoba, Kec. Sipirok adalah 2 makam yang memuat pertulisan dalam bahasa batak :
Dison maradian
Hanstein
sorang 28.4.1891
kehe 29.12.1891
Christus do
hangoluanku djadi
marlabo au di
hamatean
Phil.1 v 21
Dan
Dison maradian
Maria Hanstein
Sorang 7.7.88
Kehe 31.1.89
Tapi pinudji ma Debata
Na tongtong mangalehen
Hamonangan di hami
Di bagasan Christus
2 Kor. 2, 14
Saya berkesimpulan bahwa kedua makam ini adalah makam dari anak-anak Pendeta Hanstein yang menggantikan Pendeta Heienbrock, masing-masing meninggal pada saat masih berumur 6 bulan (Maria Heinstein) dan 8 bulan (Magdalena Heinstein).
Kemudian juga ada satu makam, yang menurut saya adalah makam dari salah satu orang yang pertama dibaptis di Gereja Sipirok pada saat perayaan
Dison Maradian
Th. Mangaradja Naposo
Tardidi di ari 24.12.1864
Monding di ari 3.10.1906
Demoerna ± 56 Thn.
Kemudian satu makam tua lagi, dengan tulisan :
Dison maradian
- Cornelia NST.
Monding di ari 19.7.1928
Marumur ± 78 Tahun
Kalau yang ini saya tidak dapat menarik kesimpulan, apakah juga makam dari salah satu orang yang pertama di Baptis di Gereja Sipirok (dengan nama asli, bukan nama baptis).
Pada alinea berikutnya, tulisan Sutan Kali Bonar B.A, disebutkan bahwa : ”Pada tanggal 26 Agustus 1868 berdirilah geredja di Bungabondar. Datang pula seorang pendeta lagi membantu Pendeta Betz disana, jakni Pendeta Schiilz. Dalam waktu II tahun sudah ada 479 orang Kristen di Bungabondar dan daerah sekitarnja.”
KESIMPULAN
Dengan demikian jelaslah bahwa sejatinya Gereja HKBP Sipirok adalah Gereja yang didirikan pada bulan Mei tahun 1864 sehingga pada bulan Mei 2008 yang lalu telah berumur 144 tahun, sedangkan Gereja di Bungabondar didirikan pada tahun 1868. Dapat dipahami bahwa bangunan yang sekarang tidak lagi merupakan bangunan gereja asli-nya pada saat didirikan, mungkin sudah mengalami beberapa kali perehab-an, tetapi disana sini masih terlihat jelas
Namun juga dapat dipahami secara keseluruhan mengapa tulisan 7 Oktober 1861 ataupun tahun 1861, ada pada gedung gereja dan tugu peringatan yang berdiri di halaman gereja. Mungkin dikarenakan di Sipirok-lah pada tanggal tersebut 4 (empat) missionaries; Heine, Klammer, Betz, G. Van Asselt mengadakan rapat pertama untuk berbagi tugas/wilayah pekabaran injil yang juga dinyatakan HKBP sebagai hari kelahirannya, sehingga peringatan-peringatan untuk itu dibuat di HKBP Sipirok.
Demikian kami paparkan, kami lanjutkan nantinya dengan tulisan mengenai HKBP Sipirok dan situs Parausora